Selasa, 20 Maret 2012

Kesehatan Mental

Nama : Nun Zuraini
NPM : 15510105
Kelas : 2PA04

Kesehatan Mental

Kesehatan Mental : keserasian yang sempurna antar bermacam-macam fungsi jiwa disertai kemampuan menghadapi kegoncangan jiwa yang ringan yang biasa dihadapi oleh setaip individu disamping secara positif dapat merasakan kebahagiaan dan kemampuan. Fungsi kesehatan mental :
1) individu dapat memahami dan menerima dirinya secara positif.
2) Dapat menerima dan memehami orang lain secara positif.
3) Membantu orang lain menerima dan memehami dirinya secara positif.

Faktor-faktor kesehatan mental :
1. factor dorongan/motivasi
  •  motivasi naluriah; naluri keibuan, ingin tau, mencari kehidupan, minta tolong, berkuasa.
  •  motivasi umum; sugesti,simpati,imitasi,empati.
2. kebutuhan-kebutuhan jiwa 
  •  rasa aman
  • kasih sayang
  • penghargaan
  • keberhasilan
  • pengawasan
  • kebebasan.
3. kebutuhan dasar/primer: sandang, panngan, papan, pendidikan, kesehatan.

Tujuan mempelajari kesehatan mental adalah memahami kesehatan mental dengan segenap faktor yang mempengaruhi dan usaha-usaha yang dapat meningkatkannya sekaligus meningkatkan kesehatan mental masyarakat.

Kamis, 15 Maret 2012

Kesehatan Mental

Nama : Nun Zuraini
NPM : 15510105
Kelas : 2PA04

Kesehatan Mental

Kesehatan Mental : keserasian yang sempurna antar bermacam-macam fungsi jiwa disertai kemampuan menghadapi kegoncangan jiwa yang ringan yang biasa dihadapi oleh setaip individu disamping secara positif dapat merasakan kebahagiaan dan kemampuan. Fungsi kesehatan mental :
1) individu dapat memahami dan menerima dirinya secara positif.
2) Dapat menerima dan memehami orang lain secara positif.
3) Membantu orang lain menerima dan memehami dirinya secara positif.

Faktor-faktor kesehatan mental :
1. factor dorongan/motivasi
  •  motivasi naluriah; naluri keibuan, ingin tau, mencari kehidupan, minta tolong, berkuasa.
  •  motivasi umum; sugesti,simpati,imitasi,empati.
2. kebutuhan-kebutuhan jiwa 
  •  rasa aman
  • kasih sayang
  • penghargaan
  • keberhasilan
  • pengawasan
  • kebebasan.
3. kebutuhan dasar/primer: sandang, panngan, papan, pendidikan, kesehatan.

Tujuan mempelajari kesehatan mental adalah memahami kesehatan mental dengan segenap faktor yang mempengaruhi dan usaha-usaha yang dapat meningkatkannya sekaligus meningkatkan kesehatan mental masyarakat.

Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Emosi Remaja

Nama : Nun Zuraini
NPM : 15510105
Kelas : 2PA04

Dampak Perceraian Orang Tua Terhadap Emosi Remaja

Masalah remaja adalah masa datangnya pubertas (sebelas sampai empat belas tahun) sampai usia sekitar delapan belas-masa tranisisi dari kanak-kanak ke dewasa. Masa ini hampir selalu merupakan masa-masa sulit bagi remaja maupun orang tuanya. Dan dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, dimana pada masa itu emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kalenjar. Namun tidak semua remaja menjalani masa badai dan tekanan, namun sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru. Pola emosi masa remaja yang secara normal dialami adalah : cinta atau kasih sayang, gembira, amarah, takut, sedih dan lain-lain perlu dicermati dan dipahami dengan baik (Hurlock, 1992).
Emosi bisa terjadi dalam berbagai keadaan psikologis. Bisa jadi Emosi muncul dikarenakan masalah dalam Keluarga pergaulan dengan teman, masalah sekolah, perubahan bagian-bagian tubuh, atau karena masalah sosial yang terjadi di sekelilingnya. Memahami emosi remaja adalah satu keperluan kepada orang dewasa ketika mendidik golongan remaja. Orang tua memahami keadaan anak yang sedang mengalami kegoncangan perasaan akibat pertumbuhan yang berjalan sangat cepat itu dengan segala keinginan, dorongan dan ketidakstabilan kepercayaan itu. Itulah sebabnya bentuk emosi pada zaman remaja banyak bergantung kepada apa yang dipelajarinya daripada masyarakat sekeliling. 
Perceraian orang tua seringkali berakhir menyakitkan bagi pihak-pihak yang terlibat, termasuk di dalamnya adalah anak-anak. Perceraian dan perpisahan orangtua menjadi faktor yang sangat berpengaruh bagi pembentukan perilaku dan kepribadian anak, termasuk juga mempengaruhi emosinya. 
   Berikut ini macam-macam teori emosi : 
1.Teori emosi menurut  James-Lange 
Emosi yang dirasakan adalah persepsi tentang perubahan tubuh. Salah satu dari teori paling awal dalam emosi dengan ringkas dinyatakan oleh Psikolog Amerika William James. Teori ini dinyatakan di akhir abad ke-19 oleh James dan psikolog Eropa yaitu Carl Lange, yang membelokkan gagasan umum tentang emosi dari dalam ke luar. Diusulkan serangkaian kejadian dalam keadaan emosi:
  (1) kita menerima situasi yang akan menghasilkan emosi,
  (2) kita bereaksi ke situasi tersebut,
  (3) kita memperhatikan reaksi kita.
Persepsi kita terhadap reaksi itu adalah dasar untuk emosi yang kita alami. Sehingga pengalaman emosi – emosi yang dirasakan – terjadi setelah perubahan tubuh; perubahan tubuh (perubahan internal dalam sistem syaraf otomatis atau gerakan dari tubuh) memunculkan pengalaman emosional.

2.Teori emosi menurut Cannon-Bard 
Emosi yang dirasakan dan respon tubuh adalah kejadian yang berdiri sendiri-sendiri. Di tahun I920-an, teori lain tentang hubungan antara keadaan tubuh dan emosi yang dirasakan diajukan oleh Walter Cannon, berdasarkan pendekatan pada riset emosi yang dilakukan oleh Philip Bard. Teori Cannon-Bard menyatakan bahwa emosi yang dirasakan dan reaksi tubuh dalam emosi tidak tergantung satu sarna lain, keduanya dicetuskan secara bergantian. Menurut teori ini, kita pertama kali menerima emosi potensial yang dihasilkan dari dunia luar; kemudian daerah otak yang lebih rendah, seperti hipothalamus diaktifkan. Otak yang lebih rendah ini kemudian mengirim output dalam dua arah:
(1) ke organ-organ tubuh dalam dan otot-otot eksternal untuk menghasilkan ekspresi emosi tubuh,
(2) ke korteks cerebral, dimana pola buangan dari daerah otak lebih rendah diterima sebagai emosi yang dirasakan.
Kebalikan dengan teori James-Lange, teori ini menyatakan bahwa reaksi tubuh dan emosi yang dirasakan berdiri sendiri-sendiri dalam arti reaksi tubuh tidak berdasarkan pada emosi yang dirasakan karena meskipun kita tahu bahwa hipothalamus dan daerah otak di bagian lebih bawah terlibat dalam ekspresi emosi, tetapi kita tetap masih tidak yakin apakah persepsi tentang kegiatan otak lebih bawah ini adalah dasar dari emosi yang dirasakan.

 3.Teori Kognitif tentang Emosi 
Teori ini memandang bahwa emosi merupakan interpretasi kognitif dari rangsangan emosional (baik dari luar atau dalam tubuh). Teori ini dikembangkan oleh Magda Arnold (1960), Albert Ellis (1962), dan Stanley Schachter dan Jerome Singer (1962). Berdasarkan teori ini, proses interpretasi kognitif dalam emosi terbagi dalam dua langkah: 
 1. Interpretasi stimuli dari lingkungan 
Interpretasi pada stimulus, bukan stimulus itu sendiri, menyebabkan reaksi emosional. 
 2. Interpretasi stimuli dari tubuh yang dihasilkan dari arousal saraf otonom
 Langkah kedua dalam teori kognitif pada emosi yaitu interpretasi stimulus dari dalam tubuh yang                  merupakan hasil dari arousal otonom. 

Senin, 12 Maret 2012

Efek Psikologis Facebook bagi Kesehatan Mental

Nama : Nun Zuraini
NPM : 15510105
Kelas : 2PA04

Efek Psikologis Facebook bagi Kesehatan Mental

Beberapa waktu lalu muncul berita mengenai tanda-tanda orang kecanduan Facebook atau situs jejaring sosial lainnya, misalnya mengubah status lebih dari dua kali sehari dan rajin mengomentari perubahan status teman. Anda juga rajin membaca profil teman lebih dari dua kali sehari meski ia tidak mengirimkan pesan atau men-tag Anda di fotonya.

Kecanduan situs jejaring sosial seperti Facebook atau MySpace juga bisa membahayakan kesehatan karena memicu orang untuk mengisolasikan diri. Meningkatnya pengisolasian diri dapat mengubah cara kerja gen, membingungkan respons kekebalan, level hormon, fungsi urat nadi, dan merusak performa mental. Hal ini memang bertolak belakang dengan tujuan dibentuknya situs-situs jejaring sosial, di mana pengguna diiming-imingi untuk dapat menemukan teman-teman lama atau berkomentar mengenai apa yang sedang terjadi pada rekan Anda saat ini.  

Suatu hubungan mulai menjadi kering ketika para individunya tak lagi menghadiri social gathering, menghindari pertemuan dengan teman-teman atau keluarga, dan lebih memilih berlama-lama menatap komputer (atau ponsel). Ketika akhirnya berinteraksi dengan rekan-rekan, mereka menjadi gelisah karena "berpisah" dari komputernya.

Si pengguna akhirnya tertarik ke dalam dunia artifisial. Seseorang yang teman-teman utamanya adalah orang asing yang baru ditemui di Facebook atau Friendster akan menemui kesulitan dalam berkomunikasi secara face-to-face. Perilaku ini dapat meningkatkan risiko kesehatan yang serius, seperti kanker, stroke, penyakit jantung, dan dementia (kepikunan).

Pertemuan secara face-to-face memiliki pengaruh pada tubuh yang tidak terlihat ketika mengirim e-mail. Level hormon seperti oxytocin yang mendorong orang untuk berpelukan atau saling berinteraksi berubah, tergantung dekat atau tidaknya para pengguna. Beberapa gen, termasuk gen yang berhubungan dengan sistem kekebalan dan respons terhadap stres, beraksi secara berbeda, tergantung pada seberapa sering interaksi sosial yang dilakukan seseorang dengan yang lain.

Menurutnya, media elektronik juga menghancurkan secara perlahan-lahan kemampuan anak-anak dan kalangan dewasa muda untuk mempelajari kemampuan sosial dan membaca bahasa tubuh. "Salah satu perubahan yang paling sering dilontarkan dalam kebiasaan sehari-hari penduduk Inggris adalah pengurangan interaksi dengan sesama mereka dalam jumlah menit per hari. Kurang dari dua dekade, jumlah orang yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang dapat diajak berdiskusi mengenai masalah penting menjadi berlipat."

Kerusakan fisik juga sangat mungkin terjadi. Bila menggunakan mouse atau memencet keypad ponsel selama berjam-jam setiap hari, Anda dapat mengalami cidera tekanan yang berulang-ulang. Penyakit punggung juga merupakan hal yang umum terjadi pada orang-orang yang menghabiskan banyak waktu duduk di depan meja komputer. Jika pada malam hari Anda masih sibuk mengomentari
status teman Anda, Anda juga kekurangan waktu tidur. Kehilangan waktu tidur dalam waktu lama dapat menyebabkan kantuk berkepanjangan, sulit berkonsentrasi, dan depresi dari sistem kekebalan. Seseorang yang menghabiskan waktunya di depan komputer juga akan jarang berolahraga sehingga kecanduan aktivitas ini dapat menimbulkan kondisi fisik yang lemah, bahkan obesitas.

Tidak heran jika Dr Sigman mengkhawatirkan arah dari masalah ini. "Situs jejaring sosial seharusnya dapat menjadi bumbu dari kehidupan sosial kita, namun yang kami temukan sangat berbeda. Kenyataannya situs-situs tersebut tidak menjadi alat yang dapat meningkatkan kualitas hidup, melainkan alat yang membuat kita salah arah," tegasnya.

Namun, bila aktivitas Facebook Anda masih sekadar sign in, mengonfirmasi friend requests, lalu sign out, tampaknya Anda tak perlu khawatir bakal terkena risiko kanker, stroke, bahkan menderita pikun.


Dikutip dari: http://www.ubb.ac.id/menulengkap.php?judul=Efek%20Psikologis%20Facebook%20bagi%20Kesehatan%20Mental&&nomorurut_artikel=309